Setiap orang dapat memberikan pemahaman masing-masing terhadap hidup. Ada yang berorientasi uang, jabatan, kekayaan, agama, dan mungkin masih banyak lagi. Memang tak salah memberikan makna hidup dengan berbagai terjemahan karena hal itulah yang akan menjadi motivasi sekaligus cerminan siapa diri kita.
Akankah lebih bijak jika kita mengartikan hidup sebagai proses belajar. Tuhan menciptakan manusia ke dunia tidak dalam keadaan cerdas, tetapi Tuhan membekali umatnya dengan akal pikiran yang selayaknya dapat digunakan untuk meningkatkan segala kemampuan dalam dirinya. Bukankah memang dari lahir manusia sudah diajarkan belajar? Tengoklah ketika seorang bayi terlahir ke muka bumi ini. Ia memulai kehidupannya dengan belajar. Belajar membuka mata dan melihat dunia, belajar mendengar apa yang ada di sekitarnya, dan tentunya belajar mengkomunikasikan apa yang ia rasakan dengan menangis. Bahkan sampai ketika manusia sudah dewasa, setiap kejadian dalam hidupnya sesungguhnya adalah proses belajar.
Tentunya untuk menyelami hidup ini tak bisa jika hanya memaknai proses belajar secara eksplisit. Belajar tidak hanya membaca buku ataupun menghapal deretan kalimat, tetapi lebih berfokus pada proses untuk meningkatkan segala kemampuan yang ada pada diri kita. Selama hidup manusia memang harus terus belajar. Belajar untuk mengetahui apa yang belum ia ketahui, belajar untuk memahami apa yang sudah ia ketahui, dan tentunya belajar memperbaiki segala sesuatu yang belum dapat ia lakukan dengan benar.
Proses belajar ini pun harus selalu diimbangi dengan sabar, ikhlas, dan syukur. Segala sesuatu di kehidupan ini bisa kita pelajari. Sebut saja seseorang yang terlahir cacat tanpa memiliki jari. Awalnya ia pasti akan sangat frustasi dengan keadaannya dan menganggap Tuhan tidak adil. Tetapi ketika ia sadar bahwa hidup ini adalah proses belajar, ia akan mencoba belajar untuk sabar, belajar untuk ikhlas, dan belajar untuk tetap bersyukur. Hal itu bisa menjadi motivasi bagi dirinya dan membangkitkan semangat hidupnya. Mulailah ia belajar menguasai kedua tangan tanpa jarinya, mengendalikannya, dan menggunakannya. Terus mencoba, hingga akhirnya ia pun sanggup memegang barang-barang yang ia inginkan, bahkan adakalanya justru jadi lebih hebat dari seseorang yang terlahir normal. Kisah seperti ini pasti sudah sangat sering kita dengar. Semua bisa terjadi karena ia mau terus belajar.
Ketika seseorang sudah mampu memaknai hidup ini sebagai proses belajar, maka secara otomatis ia akan terus berusaha mendapatkan hasil dari setiap apa yang ia lakukan. Tidak hanya hasil secara kasat mata, tetapi segala sesuatu yang membuatnya bernilai lebih. Tak cukup jika kita hanya puas dengan apa yang telah kita kuasai, untuk hal apapun. Belajar dan terus belajar, dengan harapan setiap detik dari perjalanan hidup yang kita lalui akan menajdikan kita semakin pintar menjalani hidup. Hingga ketika kita telah sampai pada titik akhir perjalanan hidup kita, kita telah berada pada posisi puncak kecerdasan kita. Puncak dimana kita telah mampu melakukan usaha terbaik untuk setiap apa yang kita kerjakan, puncak dimana kita telah dapat meminimalisir kesalahan yang kita lakukan dalam hidup. semua hanya bisa dilakukan dengan belajar.
Sesungguhnya segala sesuatu tidak akan pernah jadi sempurna kecuali Tuhan, tetapi kita bisa terus belajar untuk mendekati sempurna.
good... jago nulis juga ni adekku.. ;)
BalasHapusbtw, fotonya motret sndiri?
kl bukan, ditambahin source nya dong :)
Hehehe, lg blajar teh, dripada bengong. Itu fotonya ambl dr intrnet, bnyk bgt yg make foto2 itu, g tw aslinya jepretan siapa. Hehehe, hrusnya mnrut etika emg msti dcantumin sC sourcenya. Mksh yak sarannya...^^
BalasHapus